Red Wine Cocok dengan Makanan Apa? Panduan Pairing Lengkap
Pernahkah Anda makan di restoran dan ditawari pilihan red wine untuk menu yang dipesan? Pengalaman ini sering terasa spesial, karena pairing antara makanan dan wine memang bisa memberikan sensasi berbeda dalam setiap suapan. Tidak hanya di restoran mewah, kini semakin banyak orang yang ingin menghadirkan pengalaman serupa di rumah. Memilih red wine cocok dengan makanan ternyata bukan hanya urusan selera, melainkan juga bisa dipelajari secara sederhana.
Banyak yang beranggapan, red wine hanya cocok untuk daging merah, sementara white wine hanya untuk ikan atau ayam. Faktanya, pairing wine jauh lebih dinamis dan menarik dari sekadar “aturan warna”. Memahami dasar-dasar pairing akan membuat siapa saja lebih percaya diri, baik saat memilih wine di restoran maupun ketika memasak sendiri di rumah.
Table of Contents
Kenali Profil Rasa dalam Makanan & Red Wine
Sebelum mulai memadukan makanan dan red wine, langkah awal yang penting adalah mengenali profil rasa pada kedua elemen tersebut. Indera perasa manusia bisa membedakan enam profil utama dalam makanan dan minuman, yaitu:
- Manis
- Pahit
- Asam
- Lemak
- Asin
- Pedas
Red wine umumnya memiliki karakteristik utama berupa tanin (pahit), tingkat keasaman (acid), kekayaan rasa buah, dan kadang rasa manis alami atau hasil fermentasi. Cabernet Sauvignon, misalnya, terkenal dengan tanin tinggi dan rasa buah gelap yang kuat. Pinot Noir cenderung lebih ringan, asam, dan fruity. Sementara Merlot sering dikenal lebih lembut dengan sentuhan rasa plum dan cokelat.
Sementara itu, makanan bisa memiliki beberapa rasa dominan sekaligus. Steak dengan saus jamur cenderung gurih dan sedikit asin, burger kaya akan lemak dan umami, sementara pasta aglio olio memberi kombinasi pedas dan asin. Mengenali rasa utama dari hidangan akan sangat membantu menentukan red wine yang cocok sebagai pasangan.
Dua Metode Pairing: Kongruen vs Kontras
Dalam dunia pairing wine, dikenal dua pendekatan utama:
Pairing Kongruen (Senada)
Pairing kongruen adalah memadukan rasa yang sama atau mirip antara makanan dan wine. Contohnya, hidangan mac and cheese yang creamy dipasangkan dengan Chardonnay yang juga memiliki karakter creamy dan lembut. Pada pairing red wine, steak panggang dengan saus kaya lemak sangat cocok dengan Cabernet Sauvignon yang punya tanin kuat. Lemak dari daging membantu “menjinakkan” pahitnya tanin, menciptakan harmoni di mulut.
Pairing Kontras (Saling Mengimbangi)
Pairing kontras dilakukan dengan cara memilih wine yang memiliki rasa berlawanan dari makanan, sehingga keduanya saling melengkapi. Misalnya, makanan pedas dan asin seperti spaghetti aglio olio akan terasa lebih seimbang jika dipasangkan dengan red wine yang cenderung manis atau memiliki keasaman tinggi, seperti Zinfandel atau Pinot Noir. Rasa manis dan asam dari wine akan meredam pedas dan asin dari makanan, memberikan keseimbangan baru.
Eksplorasi dua metode ini sangat dianjurkan, karena setiap orang punya preferensi rasa yang unik. Tidak ada “satu aturan baku” – latihan dan mencoba berbagai kombinasi akan membuat indera perasa Anda semakin tajam.
Tips Praktis Pairing Red Wine & Makanan
Untuk membantu Anda memilih pairing yang pas, berikut beberapa tips praktis yang dapat langsung diterapkan:
- Cocokkan anggur dengan saus utama hidangan: Banyak makanan, terutama masakan Barat dan fusion, memiliki saus yang sangat menentukan rasa. Misalnya, steak dengan saus jamur akan lebih cocok dengan red wine yang creamy seperti Merlot, sedangkan steak dengan saus lada hitam bisa dipadukan dengan Shiraz.
- Cocokkan warna daging dengan warna anggur: Red wine umumnya cocok untuk daging merah (sapi, kambing, domba), sementara white wine cocok untuk daging putih. Namun, untuk daging putih yang dimasak dengan saus berat, red wine ringan seperti Pinot Noir bisa menjadi pilihan menarik.
- Imbangi anggur pahit/tanin dengan makanan berlemak: Jika red wine terasa pahit atau taninnya tinggi, padukan dengan makanan berlemak seperti steak, burger, atau beef stew. Lemak akan menyeimbangkan pahitnya tanin sehingga wine terasa lebih lembut.
- Perhatikan intensitas rasa makanan & minuman: Makanan dengan rasa kuat (asin tajam, asam tinggi, pedas) perlu dipadukan dengan red wine yang juga berkarakter kuat agar tidak “tenggelam”. Sebaliknya, makanan ringan sebaiknya tidak dipadukan dengan red wine yang terlalu berat.
Rangkuman tips ini bisa menjadi panduan sederhana sebelum Anda berani bereksperimen lebih jauh di dapur atau saat memilih menu di restoran.
Contoh Kombinasi Klasik & Sehari-hari
Setelah memahami prinsip dasar dan tips pairing, kini saatnya melihat contoh kombinasi red wine dengan makanan yang mudah ditemui sehari-hari, baik klasik maupun sederhana.
1. Daging Merah & Steak dengan Cabernet Sauvignon atau Merlot
Salah satu kombinasi paling klasik adalah steak sapi panggang dengan red wine bertanin tinggi seperti Cabernet Sauvignon. Lemak pada steak berpadu dengan tanin, membuat rasa daging semakin kaya namun tetap seimbang di mulut. Merlot, yang cenderung lebih lembut, cocok untuk steak dengan saus creamy, seperti saus jamur atau saus keju.
2. Pasta Gurih atau Creamy dengan Pinot Noir
Hidangan pasta berbasis saus tomat, carbonara, atau saus keju akan semakin nikmat dengan Pinot Noir. Karakter Pinot Noir yang lebih ringan dan fruity tidak akan menutupi cita rasa pasta, sehingga kedua elemen tetap saling melengkapi.
Untuk pasta berbumbu kuat seperti bolognese, bisa mencoba Shiraz atau Sangiovese.
3. Burger & Makanan Berlemak
Burger dengan daging sapi tebal, keju, dan saus mayo sangat cocok dipadukan dengan red wine yang memiliki body sedang sampai berat, misalnya Zinfandel, Syrah, atau Malbec. Lemak dari daging dan keju akan menyeimbangkan kekuatan wine, sedangkan rasa buah dari wine memberi dimensi baru pada setiap gigitan.
4. Salad & Makanan Ringan
Seringkali salad dianggap hanya cocok dengan white wine, namun untuk salad dengan dressing yang tajam (seperti balsamic vinaigrette), rosé atau Pinot Noir bisa menjadi pilihan menarik. Jika salad mengandung daging asap atau keju keras, cobalah pairing dengan red wine yang lebih ringan.

Tabel Ringkasan Kombinasi Red Wine & Makanan Sehari-hari
Jenis Makanan | Red Wine yang Disarankan |
---|---|
Steak sapi panggang | Cabernet Sauvignon, Merlot |
Burger | Zinfandel, Malbec, Syrah |
Pasta carbonara | Pinot Noir, Merlot |
Pasta bolognese | Shiraz, Sangiovese |
Salad vinaigrette | Pinot Noir, Rosé |
Beef stew/gulai | Syrah, Cabernet Sauvignon |
Pizza daging | Chianti, Cabernet Sauvignon |
Pairing Red Wine untuk Masakan Asia & Lokal
Memadukan red wine dengan masakan Asia atau lokal Indonesia memang punya tantangan tersendiri. Rasa pedas, gurih, manis, dan seringkali bersantan membuat pairing tidak bisa sekadar mengikuti aturan klasik Barat. Namun, bukan berarti red wine tidak bisa dinikmati dengan makanan Indonesia.
1. Masakan Bersantan (Rendang, Gulai, Kari)
Rendang atau gulai yang kaya rempah dan santan cocok dipadukan dengan red wine yang berkarakter fruity dan memiliki tanin sedang, seperti Merlot atau Shiraz. Wine dengan profil ini mampu mengimbangi rempah kuat tanpa “mengalahkan” rasa asli hidangan.
2. Sate & Hidangan Bakar
Sate sapi atau kambing dengan bumbu kecap manis dan sambal cocok dipasangkan dengan Zinfandel atau Malbec. Rasa manis dari kecap dan rasa smokey dari daging bakar berpadu harmonis dengan rasa buah dan body dari wine ini.
3. Makanan Pedas (Tongseng, Rica-rica, Ayam Balado)
Untuk makanan yang dominan pedas, pilih red wine yang ringan, sedikit manis, dan rendah tanin. Pinot Noir atau Gamay bisa menjadi pilihan karena kelembutan dan rasa buahnya mampu menyeimbangkan kepedasan tanpa menambah sensasi panas di lidah.
4. Hidangan Berbumbu Asam atau Gurih
Makanan seperti asam-asam daging, ikan pesmol, atau sayur lodeh cocok dengan red wine yang punya keasaman baik, seperti Barbera atau Sangiovese. Keasaman wine akan menambah segar tanpa menutupi kekayaan bumbu.
Tips Pairing Wine & Masakan Indonesia/Asia:
- Pilih red wine dengan tanin sedang dan aroma buah segar untuk masakan bersantan atau pedas.
- Hindari red wine bertanin tinggi untuk makanan sangat pedas agar tidak menambah sensasi pahit.
- Sesuaikan suhu penyajian wine—untuk iklim tropis, red wine sebaiknya sedikit didinginkan agar terasa lebih segar dan cocok untuk hidangan lokal.

Eksplorasi Pairing Unik & Tips Melatih Seleramu
Setelah menguasai pairing klasik dan menyesuaikannya dengan masakan lokal, Anda bisa mulai bereksperimen dengan kombinasi yang tidak biasa. Eksplorasi pairing adalah bagian menyenangkan dari menikmati red wine, karena tidak ada batasan baku—setiap orang punya selera unik yang bisa terus diasah.
Inspirasi Kombinasi Pairing yang Berbeda
- Rosé atau sparkling wine dengan makanan pedas atau gorengan: Tekstur segar dan asam dari sparkling atau rosé mampu “membersihkan” langit-langit mulut setelah makanan berminyak atau pedas.
- Malbec dengan cokelat pekat atau dessert pedas: Malbec yang fruity dan kaya cocok untuk cokelat hitam, bahkan dessert dengan rempah atau sedikit cabai.
- Pinot Noir dengan ikan bakar atau seafood berbumbu: Meskipun jarang, red wine ringan seperti Pinot Noir dapat mendampingi ikan panggang, terutama yang dimasak dengan bumbu minimalis.
- Red wine dengan makanan ringan atau camilan asin: Untuk acara santai, red wine bisa dinikmati bersama kentang goreng, keripik, atau keju asin.
Eksplorasi pairing ini dapat dicoba dalam acara bersama keluarga atau teman. Anda juga bisa membuat catatan pairing favorit untuk referensi ke depan.
Tips Melatih Indera Perasa
- Coba wine dan makanan secara berdampingan, lalu amati perubahan rasa pada setiap suapan dan tegukan.
- Bandingkan beberapa jenis wine untuk hidangan yang sama, dan rasakan mana yang paling menonjolkan karakter makanan.
- Ajak teman berdiskusi untuk mendapatkan sudut pandang berbeda, karena selera setiap orang bisa sangat bervariasi.
- Jangan takut mencoba kombinasi baru, karena terkadang pairing terbaik ditemukan secara tidak sengaja.
Makin sering Anda bereksperimen, makin tajam pula kemampuan mengidentifikasi rasa yang cocok. Pairing bukan hanya soal aturan, tetapi juga tentang eksplorasi rasa yang menyenangkan.
Kesimpulan
Pairing red wine dengan makanan bukan sekadar aturan kaku, melainkan seni menciptakan harmoni rasa yang memperkaya pengalaman makan. Mengenal profil rasa, mencoba metode pairing kongruen dan kontras, serta berani bereksperimen dengan kombinasi unik adalah kunci utama. Baik untuk hidangan klasik Barat, masakan Asia, hingga kuliner Indonesia, red wine bisa menjadi pasangan istimewa jika dipilih dengan cermat. Jangan ragu untuk terus mencoba dan menemukan favorit Anda sendiri.
Baca juga: Rekomendasi Wine Merah Populer
FAQ
Apakah semua red wine cocok untuk daging merah?
Tidak semua red wine cocok untuk semua jenis daging merah. Steak lemak tinggi seperti ribeye cocok untuk Cabernet Sauvignon, sementara daging lebih ringan atau saus creamy lebih baik dipadukan dengan Merlot atau Pinot Noir.
Bisakah red wine dinikmati dengan makanan pedas?
Bisa, namun pilih red wine dengan tanin rendah dan karakter buah yang segar seperti Pinot Noir. Hindari wine bertanin tinggi yang bisa memperkuat sensasi pedas.
Apakah red wine bisa dipadukan dengan makanan Indonesia?
Tentu. Pairing terbaik adalah dengan red wine yang fruity dan tanin sedang, agar bisa menyeimbangkan bumbu kuat atau santan.
Bolehkah minum red wine dengan camilan ringan?
Boleh saja. Kentang goreng, keju, atau camilan asin lainnya bisa menjadi pasangan ringan yang menyenangkan untuk red wine, terutama dalam suasana santai.
Apakah suhu penyajian red wine berpengaruh pada pairing?
Sangat berpengaruh. Untuk iklim tropis, red wine bisa didinginkan sebentar sebelum disajikan agar terasa lebih segar dan cocok dengan makanan lokal.